Kita tak pernah tahu dengan siapa dan apa yang kita temukan sepanjang perjalanan hidup. Demikian pula saya. Tiba-tiba saja saya melihat FB seseorang bernama Sweeta Kartika dan menemukan salah satu catatan di note FB yang membuat hati saya serasa ditujes-tujes dengan pedang panjang. Tak hanya sampai di situ, ketika mengingat lamanya waktu yang diberikan Allah Swt untuk saya hidup jauh lebih lama daripada si Sweeta Kartika ini, seakan bekas tujesan itu ditaburi segenggam garam, sejumput irisan cabe, dan kucuran jeruk nipis tua. Namun, dari tujesan anak muda, yang ternyata seorang comic artist, ilustrator andal jepit, keren, dan berpemikiran dalam, bahkan mengaku sebagai writer juga, saya punya semangat dan energi baru untuk menghabiskan sisa hidup yang mungkin tidak berapa lama (dilihat dari KTP dan usia hidup standar orang Indonesia) dengan seseXGRA mungkin mengosongkan folder "naskah setengah jadi" saya menjadi "naskah terkirim". Sebenarnya apa yang ditulis Sweta bukan hal baru, tetapi cara memaparkan itu mampu menyentuh titik rawan yang sering saya sembunyikan dengan dalih ini itu. Maka dengan penuh rasa tidak malu, saya copas tulisannya dalam blog ini sebagai pengingat diri sendiri.
Teori Jitu Membangun Kedisiplinan dan Menumpas Kemalasan
Dulu pernah ada wacana menarik bahwa "Masa Depan
Indonesia hanya bisa diselamatkan oleh pemuda-pemudi kreatif." Setelah
wacana itu marak dan tersebar, mulailah bermunculan tentang hal-hal yang
mengusung kata kreativitas. Hampir di mana-mana; para pakar,
praktisi, dan sebagian besar orang membuat event
dan kegiatan dengan embel-embel nama kreatif. Saat ini, goal untuk mencapai titik kreatif itu mungkin hampir tercapai.
Sebagai buktinya, telah aktif beberapa forum dan kegiatan yang membawa nama
kreativitas dan telah menelurkan 'produk-produk didikan' yang kreatif pula.
Bahkan, pola berpikir dan berkarya 'kreatif' itu telah melekat pada
masing-masing individu, sehingga melabelkan istilah 'insan kreatif' sebagai
gelarnya. Apakah setelah menjadi insan kreatif, lantas masalah terpecahkan?
Belum tentu! Rupanya goal dari kreativitas
itu tidak lantas berhenti sampai di situ saja. Ada hal lain yang justru menjadi
KUNCI bagi keberhasilan program kreatif itu sendiri.
Pada dasarnya, KREATIF dan INOVATIF itu diperlukan pada awal
sebuah proses berkarya. Namun, untuk melanjutkan program itu, kita harus
DISIPLIN dan KONSISTEN melanjutkan prosesnya, sehingga goal dari sebuah penciptaan karya dapat tercapai dengan hasil
memukau. Sayangnya, dua hal terakhir itulah yang JUSTRU jarang sukses
dilaksanakan. Jadi, kata kuncinya adalah Disiplin dan Konsisten.
Pernah muncul selentingan; Pemuda Indonesia itu banyak yang kreatif,
tapi JARANG yang disiplin. Setelah dipikir-pikir memang benar adanya. Banyak
dari kita dan teman-teman di luar sana yang canggih dalam menelurkan ide dan
program karya yang kreatif dan innovatif. Tapi, hampir kebanyakan dari program
itu lantas berhenti pada suatu titik yang goal
yang tercapai belum maksimal. Banyak yang tidak mengerti kenapa bisa begitu.
Setelah diselidiki, ternyata alasannya sederhana saja. Kebanyakan dari kita itu
TIDAK DISIPLIN dan TIDAK KONSISTEN dalam berkarya. Setelah satu ide program
kreatif muncul dan dijalankan, pencetusnya tidak disiplin, lalu tidak fokus dan
pesimis, lantas beralih ke ide kreatif lain yang muncul di tengah proses.
Hasilnya, program-program berkarya kreatif itu pun kandas di tengah arena
sebelum mencapai final goal yang
diangankan selama ini.
Pertanyaannya:
Bagaimana cara menumbuhkan DISIPLIN DIRI dan MENANGGUHKAN
KONSISTENSI dalam berkarya?
Untuk menjawab pertanyaan sederhana itu, setidaknya ada beberapa
teori rumit untuk menjawabnya.
Teori itu adalah TEORI LIMA 'M':
1. TEORI MOTIVASI
Teori motivasi berbunyi: "Seseorang bersemangat
dalam berkarya karena merasa ADA
KEUNTUNGANNYA."
Kebanyakan dari kita itu semangat berkarya hanya pada
awal-awalnya saja. Biasanya di tengah proses, kita menyerah dan tergoda untuk
pindah ke program karya kreatif yang lain. Mengapa bisa begitu? Sederhana saja.
Karena sejak awal si pengkarya belum merumuskan keuntungan apa yang akan
didapat dari karyanya. Atau bisa jadi si pengkarya kemudian tergoda pada
keuntungan lain yang bisa didapat dari program karya lain, sehingga ia
memutuskan untuk pindah program.
Langkah paling jitu dalam teori motivasi adalah: MERUSMUSKAN
KEUNTUNGAN sebelum berkarya. Ini tidak menyalahi aturan, kok, justru membantu
kita menjaga periuk semangat agar tetap berasap hingga akhir proses. Tuliskan
dan rumuskan kira-kira keuntungan apa yang bisa didapat dari program yang akan
kita jalankan. Pasang rumusan itu di hati dan kepala kita layaknya billboard di
jalan raya, sehingga kita tidak tergoda untuk mampir ke warung ide lain yang
bermuculan di pinggir jalan, alih-alih kita justru akan semakin fokus berkarya
tiap kali mengangankan keuntungan dari proses berkarya itu.
Contohnya: Bila kita sedang memulai program menulis novel,
angankanlah keuntungannya. Impikanlah betapa indahnya ending cerita itu bila
nanti dibaca oleh teman-teman kita. Bayangkan decak kagum dan kebanggaan
teman-teman kita yang membaca karya novel kita. Halalkan membayangkan
keuntungan finansial dan popularitas jika novel kita menjadi best seller nanti.
Ini sah-sah saja. Syaratnya: perumusan keuntungan ini jangan
diangankan berlebihan di awal proses saja, tapi justru di tengah proses. Itulah
yang akan mengkatalisasi semangat kita sehingga kita akan melakukan manajemen
percepatan waktu, dan aspek Disiplin diri dan Konsistensi dapat terselamatkan
hingga akhir proses.
2. TEORI MANFAAT
Sepertinya sudah menjadi sebuah kesepakatan tidak tertulis bahwa
"Sebaik-baik manusia itu yang paling
memberi manfaat bagi orang lain". Kata-kata 'paling' itu bermakna
'banyak'. Artinya, seberapa banyakkah manfaat yang kita berikan kepada orang
lain dengan karya kita. Karya itu tidak selalu berbentuk materi, tapi bisa juga
nonmateri, seperti: nasihat, pemikiran, ide, dan lain-lain. Jika di dalam hati
kita sudah tertanam Teori Manfaat ini maka kita akan terpacu untuk
memaksimalkan karya untuk memberikan manfaat yang berarti bagi orang banyak,
sehingga kita lebih disiplin dan konsisten dalam prosesnya.
Terkadang, kita masih kesulitan untuk memprioritaskan hal-hal
yang bermanfaat untuk dilakukan terlebih dahulu. Malahan kebanyakan dari kita
melakukan yang sebaliknya. Artinya, hal yang kurang bermanfaat justru kita
kerjakan berapi-api, sementara hal lain yang memberikan manfaat sebenarnya
justru dikesampingkan. Cobalah untuk berpikir dewasa.
Rumus sederhana untuk membedakan anak-anak dengan orang dewasa
itu adalah:
"Dalam mengerjakan sesuatu, anak-anak akan memilih hal yang
paling menyenangkan. Sementara itu, orang yang dewasa akan memilih hal yang
paling bermanfaat."
Sebagai orang bijak, kita harus bisa melakukan hal yang
menyenangkan sekaligus bermanfaat. Dulce et Utile (ini istilah yang paling saya suka sejak kuliah).
Teori manfaat ini harus kita tanamkan dari
awal hingga nanti berakhirnya proses berkarya. Bayangkan manfaat dari karya
yang sedang kita buat nanti. Manfaatkanlah proses berkarya ini sebagai proses
penempaan diri untuk belajar fokus sebagai seorang profesional sejati.
Rumuskanlah manfaat 'berproses' yang sangat menuntut kedisiplinan, sehingga
ketika karya itu selesai tercipta, nilai diri kita JAUH LEBIH BERMANFAAT
daripada karya yang kita ciptakan.
3. TEORI MANAJEMEN JADWAL
Nyaris berhubungan dengan Teori Manfaat, Teori Manajemen Jadwal
ini fokusnya adalah "Menghargai Waktu". Hidup di dunia di belahan
manapun, kita akan dianugerahi modal waktu 24 jam. Seorang profesional yang
paling beruntung adalah mereka yang bisa memanfaatkan 24 jam itu untuk berkarya
sebaik-baiknya. Sayangnya, terkait dengan teori manfaat di atas, kita lebih
menjagokan energi untuk melakukan hal-hal yang kurang memberi manfaat.
Rumusnya adalah: Mengurangi Melakukan Hal-hal Negatif yang
Membuat Kecanduan.
Hal-hal negatif ini sifatnya sangat relatif, diukur dari
masing-masing individu. Misalnya, kurangilah main Game yang membuat kecanduan.
Kurangilah kongkow/nongkrong-nongkrong nggak jelas yang menghabiskan waktu.
Kurangilah duduk seharian meratapi dinding jejaring sosial yang membuat kecanduan.
Kurangilah merokok yang membuat kecanduan.
Lho, apa hubungannya sama merokok? Ada! Merokok
itu mengurangi tiga jatah hidup kita: Waktu, Kesehatan, dan Uang. Kalau nggak
kecanduan sih nggak masalah. Yang jadi masalah adalah kalau kita jadi kecanduan,
sementara budget kita minim dan kecerdasan kita akah kesehatan cenderung jongkok.
Rasanya jarang sekali orang bisa berkarya sambil merokok. Kalaupun ada, ya,
paling satu-dua orang saja, dan itu pasti orang spesial. Intinya, mulailah
memetakan hal-hal posotif dan negatif ditinjau dari sisi kemanfaatan waktu.
Langkah sederhana dalam melaksanakan teori ini adalah:
MENULISKAN JADWAL KITA SEHARI-HARI.
Seorang game-maker di
Square-Enix bernama Tokita Takashi pernah melakukan presentasi tentang karya-karya
gamenya. Slide ketiga dari presentasi itu berisi tentang Jadwal Hidupnya dari
bangun pagi sampai tidur lagi sepulangnya bekerja. Beberapa orang juga pernah
menceritakan tentang kebiasaan orang Jepang dalam menuliskan jadwal hidupnya,
dan memampangkannya dengan bangga ke koleganya. Artinya, mereka sangat
menghargai waktu dan disiplin terhadap jadwal hidupnya.
Menjiplak kebiasaan baik mereka maka kita harus mulai belajar
menuliskan jadwal hidup kita sehari-hari. Otak manusia cenderung berpikir
secara visual. Seseorang akan kesulitan mengangankan jadwal hidup jika tidak
menulisnya.
Maka, TULISLAH jadwal hidup kita.
Belilah whiteboard dan pasanglah di dinding yang mata kita bisa
mudah mengaksesnya. Tulislah deskjob
kita berikut deadline dan cara pengerjaannya. Cobalah menuliskan peta berpikir
kita pada papan putih itu. Dengan menuliskan jadwal, kecenderungan kita untuk
patuh akan menjadi tinggi, sehingga KEDISIPLINAN dan KONSISTENSI dalam berkarya
akan tercipta. Sediakan kalender meja di bawahnya. Lingkari tanggal-tanggal
yang sekiranya penting dan buatlah plan-plan sederhana pada bulan-bulan
berikutnya. Cara ini sangat efektif untuk menyusun visi-misi kita ke depan,
sehingga kita bisa hidup sebagai profesional yang lebih terrencana.
Langkah berikutnya adalah Membuat Deadline-Deadline Personal.
Jika kita sudah dipatok dengan deadline dari klien, buatlah
deadline personal untuk kita sendiri yang jadwalnya jauh lebih maju daripada
deadline mereka. Menyiksakah? Jelas! Tapi, justru dengan begitulah kita merasa
tercambuk dan tertempa dengan lebih keras. Dengan adanya deadline personal itu,
kita jadi mempunyai waktu leluasa untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan.
So, mulailah menyusun jadwal kita~!
4. Teori Membanggakan Prestasi Orang Lain
Kata orang, teori ini sangat riskan. Ada sebagian orang yang
percaya bahwa dengan melihat prestasi orang yang lebih unggul akan membuat kita
minder dan putus asa dengan prestasi kita. Sebenarnya itu tergantung pola pikir
saja. Mindset orang pesimis mungkin akan meneriakkan panji itu. Tapi sebagai
orang Optimis, kita justru merasa akan TERCAMBUK melihat prestasi orang lain
yang lebih gemilang.
Apakah kita harus iri dengan prestasi mereka?
Boleh! Asalkan 'iri' dalam skala Positif. Jika dia saja bisa
sehebat itu, mengapa kita TIDAK? Jangan jawab pertanyaan ini dengan jawaban
penuh keteduhan: "Nasib orang, kan, masing-masing". Memang benar.
Tapi makna dari jawaban itu bukan berarti kita harus menyerah dengan nasib kita
yang sedang terpuruk. Bisa jadi kita terpuruk dalam lembah kegalauan gara-gara
kita MALAS, sementara mereka yang berprestasi hidup di puncak kecemerlangan
semesta karena KEDISIPLINAN mereka dalam berkarya. Jangan iri yang negatif
dengan berusaha menyusun kudeta untuk menumbangkan prestasi mereka. Melainkan
iri-lah dengan semangat ke-profesional-an mereka yang rupawan. Lalu cobalah
untuk sharing passion dengan mereka,
sehingga semangat dan kedisiplinan mereka akan tertular kepada kita.
Jangan melihat orang-orang yang berprestasi itu sebagai saingan,
nanti kita cenderung akan minder dan berusaha menjatuhkan. Melainkan lihatlah
mereka sebagai sahabat kita dan sebagai orang yang sama-sama berjuang di medan
yang sama melawan musuh yang sama, yaitu: KEMALASAN dan KETIDAKDISIPLINAN.
Masa iya mereka bisa berprestasi sementara kita cukup
begini-begini saja? Tidak. Saatnya memulai perubahan itu!
Dengan bekal teori inilah kita akan lebih mudah menjalankan
visi-misi kita ke depan menjemput satu titik finis dengan catatan waktu dan kualitas
terbaik.
5. TEORI MAKLUMAT "XGRA AXY"
Kalimat XGRA AXY (*baca: Segera Aksi) dipopulerkan oleh Repooblyq
Qdjy, dan konon ini adalah semboyan yang dimaklumatkan dalam setiap
aksi-nya. XGRA AXY bermakna: Bersegeralah melaksanakannya!
Esensi dari kata ini adalah:
§
Start As Soon As You Can --> Mulai sekarang juga!
Jangan ditunda nanti, sejam lagi, atau besok. Sekarang!
§
Stop Over Analyzing. Just Do It! --> Jangan
kebanyakan mikir! Sudah, lakukan saja dulu!
§
Take the Highest Risk on Your Decision --> Setiap
kegiatan pasti ada risikonya. Hadapi saja risiko itu!
Pengecut sejati adalah orang yang gemar menunda-nunda, memilih
bersembunyi di balik kenyamanan nasib yang belum tentu nyaman, mendewakan
kemalasan, terlalu banyak alasan setiap kali akan memulai sesuatu, dan takut
menerima risiko dari setiap keputusan yang difatwakannya.
Sementara,
Seorang Pemenang sejati adalah orang yang tidak mudah menyerah,
tertawa menantang setiap kali diterpa risiko, berani melakukan hal yang berbeda
dari mainstream, selalu menjunjung tinggi kejujuran dalam berproses, dan selalu
bangkit setiap kali gagal di tengah proses.
Pengecut sejati akan mati dalam ketiadaan dan sirna dalam
kenangan siapapun, sementara Pemenang sejati adalah manusia yang menjunjung
harga dirinya dalam memberikan manfaatnya bagi sebanyak-banyaknya orang.
XGRA AXY mungkin hanya kalimat sederhana, tapi dalam maknanya.
Empat teori di atas hanya akan tetap jadi teori jika kita tidak
mempraktikkannya.
XGRA AXY adalah kalimat maklumat untuk melaksanakan empat teori
itu.
Tanamkan kalimat XGRA AXY di hati dan pikiran kita, ketika akan
berkarya maupun dalan proses berkarya.
Propagandakan kata XGRA AXY setiap kali kita menuliskan ide dan
kata-kata semangat kita di manapun berada: status facebook, buku catatan
harian, schedule-task di whiteboard,
dan di dinding kamar mandi. Dengan adanya triger kalimat ini maka kita akan
malu menunda, dan bersegera dalam menjalankan kegiatan apapun
---
Lima teori di atas mungkin masih jauh dari sempurna. Pastinya
akan ada teori-teori lain dari rekan-rekan yang telah berhasil merumuskannya
usai bergelut dalam proses. Hal yang paling memuaskan adalah ketika karya kita
SELESAI dan DIAPRESIASI oleh orang lain dengan penuh kebanggaan. Dan
kesempurnaan dari tuntasnya proses adalah KITA MENJADI INSAN YANG LEBIH
BERHARGA DARIPADA KARYA YANG KITA CIPTAKAN. Selesaikan setiap hal yang sudah
kita mulai.
Menjadi KREATIF dan INOVATIF
itu tidak cukup. Kita juga harus DISIPLIN dan KONSISTEN dalam berkarya.
Jangan menutup diri menerima ilmu, karena masih ada ilmu-ilmu
bermanfaat lain di luar sana. Terbukalah untuk menerimanya.
Sebarkan ilmu dan teori ini seluas-luasnya. Pastikan orang lain
menerima manfaat dari kita.
"Orang yang sombong bukanlah orang yang gemar memamerkan
ilmunya, melainkan orang yang enggan menerima ilmu dari orang lain, karena
merasa ilmu yang dimilikinya sudah lebih dari cukup".
XGRA AXY!!
FYI:
Sweta Kartika sedang menulis komik yang diposting di FB-nya dengan judul Grey dan.Jingga Dari komik itu saya belajar memperdalam karakter tokoh untuk calon novel saya. Dan diam-diam saya menantikan hari Senin dan Kamis demi melihat eksekusi yang bakal dipilih Sweta untuk kisah Grey dan Jingga. Nguk-nguk :8
bener-bener tips tentang nulis yang superkomplit :)
BalasHapusIya, sangat inspiratif. Terima kasih sudah mampir ya Omahantik :)
Hapus